Minggu, 12 Oktober 2008

Caleg itu Calon Pahlawan atau Calon Penjahat?




Pertarungan antara Rama dan Rahwana bisa jadi sebagai simbol dalam dunia perpolitikan bangsa kita


etelah mewawancarai banyak kandidat dari bermacam partai untuk bahan penulisan profil mereka, maka sudah banyak program, visi dan misi serta idealisme yang mereka sampaikan dan tawarkan demi kepentingan rakyat. Program-program yang unik dan atau sekadar beda memang sangat sulit untuk dibedakan, tapi setidaknya kita tahu bahwa para caleg Pemilu 2009 itu memang tampak harus siap dengan menjual kekayaan intelektual mereka dalam bentuk program untuk pemerintah demi kesejahteraan rakyat.

Dan pemilu yang sesungguhnya adalah menjual program dan visi misi sang kandidat, dan bukan lagi dengan gaya kampanye jadul (penulis lebih suka istilah ini dibandingkan dengan era orde baru atau orde lama, karena memang bukan ke sana maksudnya).

Kampanye jadul lebih mementingkan “bagaimana” mencari sponsor kampanye dari kalangan cukong yang akan membiayai kampanye mereka secara mahal. Karena ada aksioma di kalangan juru kampanye jadul, ‘semakin mahal satu kampanye maka semakin sukses menangguk perolehan suara’, walaupun artinya juga semakin mahal “hutang” yang harus dibayarkan kembali kepada para cukong kampanye yang “juga” tentunya punya kepentingan sendiri itu.

Gaya kampanye modern inilah, yang seharusnya dipakai dan diterapkan kepada semua kandidat, karena bukan saja mencerdaskan dirinya tapi juga rakyat yang akan menjadi konstituennya. Sedangkan rakyat kita yang semakin cerdas (walau tidak merata di semua wilayah) kini merespon dengan beragam cara saat melihat dan menemui kandidat yang sedang mengkampanyekan dirinya. Cara mengaktualisasikan diri para kandidat dalam berkampanye inilah yang menunjukkan tingkat selera, intelejensi dan gaya mereka secara langsung saat nanti mereka jadi anggota legislatif. Jadi bila rakyat yang memilih dominan dari kalangan segmen sosial tertentu, kandidat harus mendekati mereka sesuai dengan daya penerimaan dan pemahaman logika mereka juga situasi kondisi mereka.

Itulah sebabnya ketika, penulis membuat blogspot ini, demi menyediakan data lengkap dan rinci tentang para kandidat CALEG buat pemilu 2009, maka hanya kandidat yang ingin menjuju target konstituen pengguna internet aktiflah sebagai sasarannya, yang merespon baik saat kami hendak wawancarai, bahkan ada yang menghubungi kami via telepon. Mereka sadar bahwa hanya dengan menjual visi, misi dan program serta memperkenalkan jati diri mereka secara lengkap dan utuh sajalah maka rakyat atau konstituen akan memilih mereka.

Rakyat kecil dan lemah masih banyak di wilayah seluruh Indonesia. Jadi merekalah yang sebenarnya menjadi konstituen para kandidat calon wakil rakyat. Cara mengetahui aspirasi mereka adalah dengan berinteraksi langsung dengan lingkungan mereka. Sebuah partai yang baik, adalah sebuah partai yang mana para kadernya berusaha untuk berinteraksi dengan mereka dan memahami kebutuhan mereka kemudian berusaha untuk membantu meringankan masalah mereka, baik dengan memberikan bantuan darurat secara langsung, atau memberikan bantuan penyokong yang akan membuat mereka bisa kembali berdaya upaya mandiri.

Seorang kader partai yang baik dan aktif bahkan ada yang berusaha membantu para kaum lemah/rakyat kecil ini secara konsisten dan berkesinambungan, dengan mendirikan sebuah yayasan/lembaga sosial penyalur bantuan kebutuhan pokok kepada mereka. Bisa berupa pula bantuan finansial dalam bentuan kredit usaha pinjaman lunak (bahkan yang tanpa bunga sama sekali karena dibantu melalui Bank Syariah pengelolaan keuangannya).

Lalu bagaimanakah cetak birunya (blue-print) agar sistem dan mekanisme bantuan kepada rakyat kecilnya bisa diterapkan secara menyeluruh oleh mereka kader partai dan caleg pemilu agar mereka bisa membantu rakyat yang notabene adalah konstituen mereka itu di wilayahnya sendiri? Penulis mengira bahwa ini adalah satu hal yang berimbal balik (take and give) antara seorang calon wakil rakyat dan massa konstituennya. Namun sistem dan mekanisme saling memberi dan menerima ini tidak hanya terjadi saat menjelang kampanye saja.

Penulis mewawancarai banyak calon legislatif dan mencatatnya, bahwa kebanyakan dari para caleg itu memang mempunyai niat yang mulia yakni membela kepentingan rakyatnya di wilayah lingkungannya, namun ketika mereka ditanya apa yang akan mereka lakukan saat setelah duduk di kursi dewan jadi anggota dewan yang terhormat dalam waktu 100 hari pertama, maka akan tampak bagaimana dan seberapa siapnya mereka melakukannya. Buat mereka yang sudah mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan sosial (atau biasa disebut sebagai keshalehan sosial) tentu akan mudah untuk meningktkan apa yang biasa mereka lakukan saat mereka masih sebagai kader partai, namun buat mereka yang dicalonkan oleh partai namun tidak pernah aktif dalam kegiatan partai tentu ini tergantung daripada kegiatan keorganisasian apa yang biasa mereka lakukan selama hidup mereka. Apakah mereka benar-benar bisa membela kepentingan rakyat atau malah mereka nantinya akan lupa dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat bahkan malah memikirkan isi kantong perut mereka sendiri dan keluarga atau kelompoknya dengan memperkaya diri?

Bagaimana kiat para caleg inilah yang penulis amati selama wawancara dengan mereka dan penulis juga berusaha merekam kegiatan mereka sehari-hari selama ini sebelum mereka diminta partai mereka untuk menjadi anggota legislatif. Tentunya kami juga harus melakukan investigasi ke lingkungannya, dan hal ini tentulah bukan perkara mudah, penulis membutuhkan waktu yang sangat panjang dan akan menuliskannya serta melaporkannya secara bersambung dan berkelanjutan.

Saat mengamati seorang caleg seperti Ustadz Ahmad Syaikhu, seorang kader PKS yang sempat menjadi anggota dewan tahun 2004-2009 dan pernah pula menjadi kandidat Walikota Bekasi di pilkada 2008 lalu, penulis melihat kinerja sistematik dan berkelanjutan dalam caranya berinteraksi dengan massa konstituennya selama ia menjadi caleg, baik sebelum maupun sesudah kampanye yang ia lakukan selama ini. Syaikhu mendirikan sebuah lembaga penyalur zakat, infaq dan shodaqoh serta amal jariyah dalam LAZ TAMU. Lembaga Amal Zakat (LAZ) yang menampung semua donasi dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqoh dari kader-kader partai binaannya dia salurkan melalui Tabung Amanah Umat (TAMU) sebagai wadah penyaluran bantuan. Syaikhu membeli beberapa mobil ambulance yang bisa dipakai oleh mereka yang membutuhkan secara gratis ke seluruh daerah di wilayah kota Bekasi, juga untuk luar kota dan paling tidak mereka hanya membeli BBM dan uang lelah sopir ambulance yang dipinjamnya. Juga ia mebeli beberapa perangkat alat Fogging (Pengasapan) yang dilakukan gratis ke wilayah-wilayah di seluruh Kota Bekasi, baik diminta maupun tidak oleh warga setempat.

Syaikhu sepertinya mengetahui persis, bahwa bantuan langsung tunai dan natura juga baik untuk keadaan darurat atau mendesak bagi rakyat lemah. Baginya kaum dhuafa mungkin yang belum bisa berfikir panjang bagaimana keluar dari kemiskinan dengan mencari pekerjaan atau menciptakan pekerjaan, maka kebutuhan mereka ini akan bersifat darurat karena mereka masuk kategori faqir miskin, sekalipun ada yang di antara mereka enggan untuk meinta-minta seperti gembel pengemis. Oleh sebab itu ketika ia sering melakukan silaturrahim dengan kaum dhuafa namun masih mau bekerja keras, seperti para pengamen dan pedagang kaki lima atau pedagang kecil pasar tradisional. Ahmad Syaikhu pernah mengadakan acara berbuka puasa bersama menjelang akhir Ramadhan lalu, dengan para penyanyi/pengamen jalanan yang tergabung dalam organisasi KPJ Bekasi (Kelompok Penyanyi Jalanan), juga Simpatisan Anak Bangsa (SAB) sebuah ormas yang menampung para pedagang kecil dan kaki lima di wilayah Kota dan kabupaten Bekasi. Dan sepertinya lembaganya akan terus melakukan itu sekalipun Syaikhu akan berangkat menjadi Caleg DPRD I Jawa Barat, karena ia telah mempersiapkan kaderisasi penerusnya kepada sahabat dan binaannya di PKS untuk menggantikannya untuk DPRD II Kota Bekasi. Tampak di mata penulis, ia melakukan regenarasi dan peningkatan ke jenjang yang lebih tinggi baik untuk dirinya selaku kader dan caleg juga buat lembaga sosial yang dikelolanya melalui kinerja partainya secara berkelanjutan. Sungguh satu sistem yang lumayan ampuh berinteraksi dengan rakyat kebanyakan.

Ada pula yang dilakukan oleh seorang kandidat dari PAN wilayah Bekasi Timur, Thamrin Usman dengan memberikan bantuan Asuransi Kecelakaan kepada massa konstituennya. Asuransi yang pembayaran preminya itu ia tanggung, ia lakukan hal ni sudah berlangsung dalam dua tahun terakhir, semenjak ia duduk di dewan. Walaupun ia tidak melakukan kaderisasi dan regenerasi, Thamrin Usman berusaha untuk melakukan terobosan dengan meningkatkan kapasitas frekwensi pertemuannya dengan rakyat yang jadi konstituennya dengan membangun jaringan di setiap RW dan Kelurahan di Wilayah Bekasi Timur melalui program sosialisasi KUR yang sejatinya adalah program pemerintah pusat kepada bank-bank pemerintah, namun penerapan sosialisasinya kurang begitu kuat di wilayah Bekasi. Bila penggalakan program asuransi kecelakaan dia menggaet Bumida, maka sosialisasi KUR (Kredit Usaha Rakyat) dalam membantu rakyat konstituennya ia menghubungi BRI. BRI yang telah mencapai target 2500 nasabah penerima KUR sesuai anjuran pemerintah, bahkan kini meningkat jadi 3000 nasabah. Dari tangan Thamrin Usman sendiri, ada 20 orang nasabah yang telah mendapat bantuan KUR.

Bila kader PAN, Thamrin menggiatkan kesadaran asuransi melalui BUMIDA, maka kader partai Gerindra dari wilayah Bekasi Timur, Judhi Karmani, wanita mantan atlit nasional lompat tinggi dan jauh ini, mengembangkan jaringan asuransi Bumi Putera dengan bantuan jaringan organisasi RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) di wilayahnya. Sedangkan kader partai PAN, Yusrizal yang satu wilayah dengan seniornya, Thamrin Usman, melakukan kegiatan Fogging (pengasapan) ke beberapa wilayah RT dan RW di Bekasi Timur. Bagi Yusrizal kegiatan ini jauh lebih efektif dan mengena sasaran dibandingkan hanya sekadar memasang spanduk dan umbul-umbul semata di wilayah mereka. Rakyat melihat dan merasakan tindakan nyata para caleg yang sedang berlomba melakukan kebaikan sosial ini.

Seorang kandidat partai dari PSI (Partai Syarikat Indonesia) di wilayah Bekasi Timur, berusia sangat muda 24 tahun, bernama Bariklana, melihat apa yang dilakukan oleh para kandidat caleg itu sah-sah saja dilakukan. Dia sendiri telah mengamati bahwa di Bekasi, kaum lemah dan rakyat miskin, justru kebanyakan adalah mereka yang mempunyai pola pikir (mind set) yang salah. Secara kultur, mereka (orang-orang miskin dan rakyat lemah ini), sudah terbiasa untuk hidup menjadi karyawan pabrik. Dalam pengamatannya, mahasiswa lulusan terbaik UGM ini, mengatakan, bahwa kebanyakan yang menjadi orang miskin di Kota dan Kabupaten Bekasi adalah mereka yang tidak mau merubah kebiasaan kultur dari keluarga mereka. Bagi mereka yang tinggal tidak di dalam komplek perumahan wilayah Bekasi, mereka mempunyai kebiasan, tak perlulah bersekolah tinggi dan bagaimana berwirausaha. Keinginan entrepreunership warga miskin di Bekasi masih sangat rendah, untuk itulah, Bariklana, caleg no. 1 dari PSI ini akan menyumbangkan kelebihan intelektualisme dan cara pandangnya dengan menjadi caleg, dan akan melakukan perlindungan kepada rakyat lemah melalui wacana serta peraturan-peraturan yang akan dia sampaikannya di DPRD segala hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas SDM di Kota Bekasi dengan berbasiskan usaha bernuansa kultur budaya Bekasi. Konkritnya ia mencontohkan, seperti orang Jogjakarta, dimana kebanyakan orang Jogja asli menjadi pedagang kerajinan asli Jogja dan bahkan mereka ada yang mampu menembus pasar nasional dengan usaha mereka itu. Seperti itulah ia inginkan buat warga Kota Bekasi ini, yang memang kebetulan tidak mempunyai kekayaan alam yang menunjang untuk PADnya. Dengan kurangnya sumber daya alam di bandungkan saudara tuanya Kabupaten Bekasi, maka diharapkan Kota Bekasi bisa ditingkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan meningkatkan kualitas hidup SDMnya. Bila bicara kualitas hidup, berarti bicara tentang kebiasaan (kultur) hidup masyarakat asli Bekasi. Siapapun dia, bila ingin membangun Kota Bekasi maka ia juga harus melakukan perubahan atau Hijrah. Itulah sebabnya mengapa para pendatang di kota Bekasi umunya jauh lebih berhasil bila dibandingkan mereka yang asli dan menetap di kota Bekasi jauh lebih lama, dan hal ini juga berlaku buat daerah lain pastinya.

Gaya hidup orang Bekasi yang mirip sekali dengan kultur orang Betawi ini, memang masih sedikit disikapi cermat oleh pemerintah dan juga para caleg. Sehingga sekalipun nanti pemilu telah lewan, pembangunan dan perubahan yang telah banyak dilakukan oleh para pemimpin daerah dan wakil rakyat tidak bisa mengangkat nama dan kemakmuran di kota Bekasi secara utuh dan efektif. Mungkin baru nama Kyai Nur Ali saja yang terungkap, ternyata Kota Bekasi mempunyai seorang pahlawan bertaraf nasional. Rupanya Bariklana berpendapat bahwa masih banyak warga Bekasi yang miskin, belum mengetahui akar budaya dan kelebihan potensi daerah yang bisa mengangkat hajat hidup orang banyak. Menurut Wawan, ayahanda Bariklana, yang juga Ketua DPC PSI Kota Bekasi, sepertinya bangsa kita juga belum optimal mengungkap sejarah tentang kota Bekasi. Kurang proporsional dan terbukanya penjelasan sejarah tentang peran kerajaan Tarumanagera, yang menurutnya adalah cikal bakal pemerintahan kuno Bekasi tidak dihitung penting dalam sejarah nasional bangsa kita. Yang sering didengungkan adalah kerajaan besar seperti Mataram, Majapahit dan Sriwijaya saja. Padahal dari kerajaan kecil macam Tarumanegara-lah akhirnya akan berujung dengan pemerintahan kuno Bekasi, kemudian peristiwa bersejarah kemerdekaan Republik ini pun dimulai di Rengasdengklok dan itu berarti Bekasilah daerahnya yang menjadi saksi sejarah penculikan bung Karno sehari sebelum peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945. Hal ini cuma dikenal dengan sajak Kerawang Bekasi-nya Chairil Anwar.

Menurut Bariklana, yang sangat penting bagi rakyat Bekasi untuk maju dan berubah menjadi lebih baik demi memajukan dan mensejahterakan Bekasi, yakni menekankan kepada pemerintah untuk membuat sebuah program peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan berbasis ketrampilan usaha kultural yang bisa membuat setiap warga Bekasi yang kebanyakan miskin menjadi lebih mandiri dan siap bersaing dengan siapapun di wilayahnya sendiri. Dengan niatnya menjadi caleg DPRD II Kota Bekasi ia akan bersumbangsih menggodok perda-perda yang berkaitan dengan perlindungan usaha berbasis budaya lokal Bekasi untuk menjadi primadona pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata dan pendidikan. Dia sadar betul, bahwa bantuan langsung tunai atau bantuan pemodalan buat usaha rakyat adalah sangat penting buat rakyat dalam hal urgensinya, namun jauh lebih penting lagi merubah mind-set (pola pikir) dan kebiasaan rakyat Bekasi yang semula hanya mau mengandalkan kekayaan tanah dari orangtuanya atau hany mau jadi pekerja pabrik atau berusaha menjadi tukang ojek semata dan tukang becak, untuk menjadi pengusaha yang bercirikan budaya lokal Bekasi. Tentunya ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, dan pastinya panjang. Apalagi kini Bekasi semakin hari semakin marak berdiri pusat perbelanjaan, yang berarti baik pemerintah maupun legislatifnya harus melihat ke dasar akar permasalahan Kota Bekasi, dengan kembali mengangkat SDM untuk lebih sadar atas keunikan budaya dan sejarah asli Bekasi agar lebih bisa bersaing dengan daerah lain dalam hal peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

Bagi Bariklana, yang juga aktivis mahasiswa yang semapat sekampus dengan putra Amien Rais saat di UGM Jogja, hal ini tidaklah terdengar muluk bila semua pihak yang terkait bisa mengerti dan memahami dasar pemikiran untuk membuat langkah strategis perubahan pembangunan kota Bekasi secara menyeluruh.

Lain lagi cara komunikasi massa yang dilakukan oleh Lilik Hariyoso, caleg dan kader PDIP untuk dapil Bekasi Timur, ia lebih sering mmelakukan open house, di rumah barunya di wilayah Aren Jaya. Menurut Lilik, seorang Kader partai dan caleg yang baik adalah yang selalu bisa berinteraksi dengan rakyat secara langsung, jadi wajarlah bila ia di rumahnya selalu terbuka dengan rakyat konstituennya kapanpun mereka minta. Bahkan saat beberapa waktu yang lalu, bertepatan dengan sedang halal bi hala dia di rumahnya dengan warga sekitar dan massa pendukungnya, Lilik mengajak mereka untuk bertemu dengan Walikota secara langsung kediaman dinasnya. Saat mereka berbondong-bondong dengan jumlah sekitar 20-30 orang itu mendatangi rumah dinas Mochtar Mohamad, padahal jam sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB dini hari. Sepertinya, Lilik Hariyoso sangat kesulitan mencari waktu yang tepat dimana sang endorser kampanyenya, Walikota Bekasi, baru dan hanya bisa ditemui di jam yang terlalu dini hari itu. Penulis sempat melihat betapa mengantuknya sang Walikota menerima tamu para pendukung caleg dari non kader PDIP itu, tapi ia tetap mau menerimanya.

Terlepas bagaimana dan apa yang dilakukan oleh para kader partai maupun caleg Pemilu 2009 nanti, penulis melihat bahwa siapapun dia, sepanjang dia melakukan kampanye untuk memenangkan perolehan suara dan memenangkan kursi di DPR maupun DPRD haruslah sekarang ini berjuang dengan sangat keras untuk mendapatkan simpati dan keikhlasan konstituennya memilih mereka. Buat mereka para caleg yang kebetulan secara otomatis pernah menjadi anggota dewan karena nomor urutnya kecil di tahun 2004, pasti akan membanting tulang dan memeras keringat untuk memenangkan perolehan suara di pemilu yang akan datang dengan berbagai cara. Dan para peserta pemilu 2009 mendatang tak kan bisa lepas dari UU no 10 tahun 2008, bahwa kini harus bisa mencapai kalau tak bisa melampaui target perolehan suara berdasarkan BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) yang 30% sesuai kuota.

Otomatis para caleg yang berada di urutan nomor kecil merasa dirinya aman, namun sesungguhnya jika ditelusuri lebih lanjut dan menantisipasi kemungkinan revisi Undang-Undang dan/atau PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) yang akan dilakukan oleh para teknokrat seperti Patrialis Akbar dkk di bulan Desember 2008 mendatang, maka para caleg tetap harus berjuang keras untuk memperoleh suara dukungan terbanyak pada Pemilu 2009 mendatang. Sedangkan Pilpres setelah Pemilu 2009 juga akan mencari dukungan sebanyak-banyaknya dari rakyat, tanpa memikirkan strategi berkoalisi lagi seperti yang terjadi di pemilu 2004 sebelumnya.
Akhirnya segala sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang besar di negeri ini yang mendahulukan kepentingan rakyat banyak dan mendahulukan kesejahteraan rakyatlah yang bisa kita sebut sebagai pahlawan, dan peluang para kandidat baik itu para caleg maupun calon pemimpin bangsa ini semakin kecil untuk bisa diselewengkan dan mereka bisa berubah dengan mudah menjadi penjahat berdasi dan berkedok pahlawan. Dan itu juga berarti bahwa bangsa kita harus berusaha keras secara keseluruhan, siapapun kita, untuk mensukseskan Pemilu 2009 dengan harapan, dari pemilu inilah nanti lahir wakil rakyat dan pemimpin yang benar-benar bisa jadi pahlawan bukannya penjahat bagi bangsa kita. Amin ya Allah, semoga Engkau mengkaruniakan pemimpin dan wakil kami yang shaleh dan taqwa kepadaMu sehingga benar-benar bangsa ini makmur sejahtera dan mampu menjadi bangsa besar di antara segala bangsa di dunia.

(Sidik Rizal)

1 komentar:

Anita mengatakan...

Halo,
Apakah Anda secara finansial turun? adalah bisnis Anda menangis untuk kebangkitan keuangan, telah Anda mencari pinjaman di bank dan tangan pemberi pinjaman yang salah dan Anda di mana menolak? mencari lagi, beberapa pemberi pinjaman di sini tidak bersedia untuk membantu Anda, semua yang mereka inginkan adalah untuk merobek Anda uang Anda sulit diperoleh, menipu warga yang tidak bersalah dan meningkatkan rasa sakit mereka. Kami adalah pemberi pinjaman dapat diandalkan dan kami memulai program pinjaman ini untuk memberantas kemiskinan dan menciptakan kesempatan bagi yang kurang istimewa untuk memungkinkan mereka membangun sendiri dan menghidupkan kembali bisnis mereka. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui email: anitacharlesqualityloanfirm@gmail.com dan mengisi formulir di bawah ini.

Peminjam DATA.
1) Nama Lengkap: ......... 2) Negara: ...... 3) Alamat: ......... 4) Jenis kelamin: ..................
5) Status Pernikahan: ... ..... 6) Pekerjaan: .......... Nomor 7) Telepon: ........................... 8) Saat ini posisi di tempat kerja: .... ............ 9) Monthlyincome ...... ...................
10) Pinjaman Durasi: ............... 11) Tujuan Pinjaman: ............... 12) Agama: ............
13) Tanggal lahir: ........................

silahkan mengajukan permohonan perusahaan yang sah, keberhasilan Anda adalah tujuan kami.